Home » » Akibat Rokok, TBC dan Kanker Paru Saling Bersaing Untuk Merebut Perhatian

Akibat Rokok, TBC dan Kanker Paru Saling Bersaing Untuk Merebut Perhatian

Written By tidakmerokok on Sabtu, 22 Juni 2013 | 01.25

Akibat Rokok, TBC dan Kanker Paru Saling Bersaing Untuk Merebut Perhatian

Jakarta, Dulu, penyakit paru-paru yang paling diwaspadai dan membuat nama Indonesia dikenal dunia adalah tuberkulosis (TBC). Namun dengan adanya peningkatan jumlah perokok, kasus TBC dan kanker paru kini saling bersaing untuk merebut perhatian.

"Di Indonesia, di RSUP Persahabatan, memang angka kanker paru meningkat pesat dalam waktu 10 tahun ini. Jika dulu angka TB (tuberkolusis) banyak, sekarang mulai bersaing dengan kanker paru," kata Dr. Sita Andarini, SpP(k), PhD, spesialis paru di RSUP Persahabatan kepada detikHealth, Kamis (30/5/2013).

Indonesia memang tercatat sebagai negara penyumbang kasus TBC nomor 4 di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Diperkirakan ada 430 ribu kasus TBC baru dan 169 orang di antaranya meninggal setiap hari.

Dr Sita yang juga bertugas sebagai staf pengajar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI ini menjelaskan, pada pasien kanker paru, angka kematiannya terhitung tinggi. Penyebabnya karena pasien baru datang ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut, yaitu stadium III-B hingga IV.

"Pada pasien kanker paru dengan stadium III-B sampai stadium IV, itu sudah stadium lanjut, umumnya pasien hanya bisa bertahan 3 - 6 bulan. Kalau stadium I dan II masih bisa diatasi," terang dr Sita.

Peningkatan pasien kanker paru ini tak lepas dari peningkatan jumlah perokok. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia menduduki peringkat 3 terbanyak di dunia setelah China dan India. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa sebanyak 67,4 persen laki-laki dan 4,5 persen perempuan Indonesia adalah perokok aktif.

Jika dihitung, diperkirakan ada sekitar 61,4 juta perokok aktif di Indonesia. Di satu sisi, sekitar 97 juta warga Indonesia yang tak merokok terpaksa ikut berisiko terkena penyakit karena menghirup asap rokok. Pada anak-anak, yang terpapar asap rokok jumlahnya sekitar 43 juta. Sebanyak 11,4 juta di antaranya masih berusia 0 - 4 tahun.

Yang menyedihkan, peningkatan jumlah perokok justru banyak dijumpai pada remaja dan anak-anak. Di antara anak-anak berusia 10 - 14 tahun, terdapat peningkatan jumlah perokok hingga 6 kali lipat dari tahun 1995 hingga 2007. Jika yang merokok di tahun 1995 ada 71.126 anak, maka di tahun 2007 jumlahnya melonjak jadi 426.214 anak.

Akibatnya, diperkirakan ada lebih dari 200.000 orang yang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok, tak terkecuali kanker paru. Penyakit ini tak hanya mengganggu kesehatan, namun juga finansial. Di tahun 2010, beban ekonomi makro akibat penggunaan tembakau mencapai Rp 245,41 Trilyun.

"Untuk kanker sendiri, angka pasien dengan kanker paru dalam 10 tahun ini meningkat 5 kali lipat," pungkas dr Sita.

sumber: detik.com
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Hidup Sehat : berbahagialah anda yang sehat | karena anda akan lebih indah menikmati hidup | percaya atau tidak , itu sudah terbukti
Copyright © 2013. TIDAK MEROKOK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger